Gubernur Kalbar Desak Pertamina Beri Sanksi SPBU Nakal Jual Solar di Atas HET

Info Pontianak – Gubernur Kalbar, Ria Norsan, mendesak PT Pertamina untuk memberikan sanksi tegas kepada SPBU yang menjual BBM subsidi jenis solar di atas harga eceran tertinggi (HET). Hal ini menyusul viralnya keluhan sopir truk di media sosial yang menyebut harga solar dijual hingga Rp9.000 per liter, melebihi HET yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp6.800 per liter.
“Saya minta Pertamina segera beri sanksi tegas. Kalau perlu, kuotanya dicabut, supaya tidak nakal lagi,” tegas Norsan di Pontianak, Rabu (2/7/2025).
Antrean Panjang dan Keluhan Sopir Meluas
Keluhan soal harga solar mahal muncul dalam sebuah video viral di TikTok, memperlihatkan antrean panjang kendaraan di SPBU Kubu Raya. Selain di media sosial, sejumlah sopir juga menyampaikan langsung protes saat unjuk rasa di Bundaran Tugu Alianyang, Kubu Raya, pekan lalu.
“BBM bersubsidi itu hak rakyat. Jangan sampai disalahgunakan untuk keuntungan pribadi,” kata Norsan.
Baca Juga : Menkomdigi Ingatkan Developer Game Buat Permainan yang Ramah Anak
Gubernur Minta Pengawasan Diperketat
Gubernur Norsan juga meminta Pertamina dan aparat penegak hukum meningkatkan pengawasan di lapangan, agar distribusi solar subsidi tepat sasaran. Ia menyebut pemotongan kuota BBM sebagai sanksi yang paling efektif untuk SPBU pelanggar.
Kapolda Kalbar: Jika Terbukti, Harus Ditindak
Menanggapi persoalan ini, Kapolda Kalbar Irjen Pol Pipit Rismanto turut angkat bicara. Ia memastikan pihaknya telah menginstruksikan jajarannya untuk melakukan penegakan hukum terhadap SPBU nakal.
“Kalau ada yang jual solar subsidi di atas HET, itu pelanggaran hukum. Harus ditindak tegas,” ujar Pipit.
Ia juga memperingatkan soal potensi penyaluran solar subsidi ke pertambangan ilegal (PETI). Jika ditemukan indikasi tersebut, aparat diminta segera melaporkan dan menindaklanjuti sesuai aturan hukum.
Sopir Angkutan Tertekan, Solar Subsidi Sulit Diakses
Lonjakan harga solar bersubsidi menambah beban para sopir truk dan angkutan barang. Selain mahal, ketersediaan solar subsidi juga mulai langka di beberapa SPBU, memperparah tekanan terhadap pelaku usaha logistik dan sektor transportasi darat.